arrow_upward

Supardi Rindu Pasa Pabukoan Payakumbuh, Dia Minta Jaga Kemurnian Dagangan

Minggu, 17 Maret 2024 : 08.04

 

Ketua DPRD Sumbar Supardi saat berada di Pasar Pabukoan Kota Payakumbuh. (humasdprdsb)

 PAYAKUMBUH, ANALISAKINI.ID—Banyak kisah yang dilalui Ketua DPRD Sumatera Barat, Supardi, di Kota Payakumbuh. Dia lama di kota itu, tumbuh dan dibesarkan di sana.

Di sela-sela  kesibukannya berkunjung ke sana, tiba tiba dia memberhentikan voreijder di depan Pasar Payakumbuh. Rombongan kaget, karena tidak ada agenda masuk ke pasar.

Tapi, itulah yang dilakukan Supardi. Dia bahkan teringat tatkala lama di pasar tradisional tersebut.   

"Ya, kita turun di sini, lalu berjalan ke Pasa Pabukoan, sambil silaturahmi dengan masyarakat. Saya rindu," kata Supardi yang diikuti oleh rombongan.

Politisi Gerindra ini lalu menyusuri lorong Pasar Payakumbuh, sembari bersalaman dengan banyak kawan kawannya. Tidak ada jarak. Senyum dan tawa mengembang, tidak terkecuali tukang ojek yang sedang beristirahat.

"Saya besar dan dibesarkan di Pasa Payakumbuah ini," ucap Supardi kepada Kepala Divisi Pemasaran Bank Nagari, Syafrizal yang mendampinginya, Jumat (15/03/2024).

Ya, Payakumbuh bagi Supardi adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Tempat hidup dan mengabdi. Tempat cita cita disemai, dipupuk dan suatu saat memanen asa tersebut.

Lalu, di Pasa Pabukoan yang legendaris itu, tidak sedikit pedagang dan pengunjung yang kaget ketika dihampiri Supardi.

"Eeee Pak Supardi, singgah lah dulu pak, boli pabukoan kami (Pak Supardi, mampir dulu pak, beli takjil kami," ungkap salah seorang pedagang sambil menyambut tangan Supardi dengan hangat untuk bersalaman. 

Sementara itu, dua orang anak gadis tak jauh dari tempat itu berbisik. "Bapoto wak jo Pak Supardi lu lah, apak tu dikampuang wak beliau banyak maagiah bantuan jawi (Berfoto kita dulu dengan Pak Supardi, di kampung kita, beliau banyak memberi bantuan sapi," katanya, setengah berbisik.

Di tengah keramaian sore itu, Supardi sambil berkelakar dengan pedagang, mengimbau pedagang untuk tidak mencampur makanan yang dijual dengan zat pengawet dan pemanis yang berbahaya bagi kesehatan. Alami saja, jaga kemurnian dagangan (pabukoan).

"Kan lai pakai gulo cindua ko ni? Jan campua lo jo pemanis buatan atau pewarna," ungkap Supardi.

"Ndak pak, kami lai pakai gulo soka," jawab pedagang sambil membungkus makanan untuk diberikan ke Supardi.

Di Pasa Pabukoan ini tersedia beragam menu makanan dan jajanan. Namun yang paling banyak dicari adalah berbagai makanan tradisional, yang kadang hanya ada ketika saat Ramadhan. Sebut saja bongko, mie tahu, aneka gorengan, berbagai jenis sambal, minuman dan banyak lainnya.

Tak lama, jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Sebentar lagi sirine berbuka berbunyi. "Kita jalan ke Tambago, warga sudah menunggu kita untuk berbuka puasa bersama," kata Supardi ke ajudannya.

Pasa Pabukoan Jumat sore itu, memang sedang ramai ramainya. Pembeli berdesakan. Memang pasa pabukoan adalah tradisi masyarakat Payakumbuh. Tidak hanya untuk mencari takjil, tapi juga ajang silaturahmi. 

Yang jelas, sebut Supardi, Pasa Pabukoan mampu menggerakan perekonomian masyarakat. Untuk itu, pedagang harus menjaga kebersihan dan keramahan.

“Apalagi nanti saat perantau pulang, tentu pasar ini akan semakin ramai," ungkap Supardi. (n-r-t)

 

 (n-r-t)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved