arrow_upward

SEJARAH TUGU ABEL TASMAN (2), Di Puncak Merpati, Abel Dipanggil Sang Ilahi

Rabu, 13 Desember 2023 : 09.15

 

Abel Tasman (paling kanan yang pegang tape recorder) bersama kawan-kawan SMA-nya. (ist).

EFFENDI

Semua pendaki yang berada di atas terkejut. Rombongan ini berlari menyelamatkan diri berlarian menuju Puncak Merpati. Kalau secara normal takkan bisa berlari di Puncak Merpati itu, tetapi rasa takut yang membuat mereka bisa berlari sambil ransel di atas kepala untuk lindungi dari hujan batu panas.

Di Puncak Merpati, rombongan yang lima orang itu berlindung dengan ransel (carrier) di kepala. Begitu pula Abel Tasman dan kawan-kawan yang berada sekitar 10 meter dari puncak Merpati. Dan rombongan lainnya, termasuk Us yang berada di belakang Abel juga berlindung.

Dalam keadaan panik sedemikian rupa, Pak Jon (pendaki tuo senior) sempat mengabadikan letusan Marapi sebanyak 2 x dalam bentuk foto, memakai kamera Us. 

Eri Incek sempat terkena batu panas seukuran buah rambutan di lengannya. Jaket levis yang dipakainya bolong.

Us yang berada di belakang rombongan Abel, melihat sebuah batu panas sebesar kelapa jatuh menimpa samping kiri kepala seseorang dan langsung terkapar. Us tak tahu persis siapa yang kena. Tapi seorang perempuan yang berada di samping seseorang itu terlindungi.

Yang ingat saat itu bagaimana menyelamatkan diri. Berlari kencang sambil mengangkat ransel untuk menutupi kepala. Dari puncak Merpati terus berlari ke cadas. Setelah letusan berhenti, pendaki Gunung Marapi berusaha menolong yang terluka.

Suara minta tolong dari Sulastri terdengar, menceritakan, ia terkena pecahan batu di bahunya dan sempat pingsan. Ketika sadar, ia melihat Abel Tasman sudah terkapar di puncak Merpati.

Akhirnya Us bersama Herwin naik lagi ke Puncak Merpati untuk melihat Abel. Sekitar 10 meter dari lokasi Abel terkapar, Herwin tak sanggup lagi. Us yang berjalan agak tertatih sedikit karena terkilir terus menuju lokasi Abel. Dia sendiri tak menduga entah darimana datangnya kekuatan itu sehingga bisa sampai ke lokasi Abel.

Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Abel Tasman sudah meninggal di tempat. Dia melihat kondisi kepala Abel mengenaskan akibat dihantam batu panas sebesar kelapa itu. Beberapa serangga mengelilingi darah di kepalanya.

Jasad Abel berada di puncak Merpati arah ke Simabua itu. Dekat dengan jurang terjal. Kalau jasad jatuh ke jurang itu, tak bisa dievakuasi. Lokasinya sangat sulit dijangkau. Untungnya jasad Abel terhalang oleh batu.

Dia duduk bersimpuh di depan jasad Abel. Us tak tega melihat sahabat SMA-nya itu. Us membacakan Alfatihah. Mengusap muka Abel untuk menutup mata Abel.

Lalu melepaskan skraf yang dipasang di kepalanya, kemudian ditutupkan ke muka Abel. Selanjutnya dilapisi dengan kantong asoy (kresek) dan diikat agar tak terlepas dibawa angin.

Dia pun berdoa agar Allah SWT menempatkan sahabatnya, Abel di tempat yang layak. "Maaf kawan, kami tak bisa menolong. Allah SWT lebih sayang padamu. Doa kami, untukmu kawan," ucap Us.

Andai masih hidup, Us dan Herwin berusaha membawa Abel ke bawah. Tapi takdir bicara lain.

Usrizal.

Us dan Herwin yang menunggu tak jauh dari lokasi Abel, akhirnya turun ke bawah. Lalu bersama pendaki lain turun dari puncak Marapi. Sampai di bawah cadas Sulastri yang tak sanggup lagi berjalan. Ia kehilangan tenaga. Terpaksa dibuat tandu dan ditambah bantuan anak Suripala, membawa Sulastri turun ke bawah.

Begitu juga bule. Ada yang patah kaki dan yang cewek tangannya terkelupas kena asap panas karena mereka terlalu dekat dengan kawah waktu letusan itu. Ada juga pendaki yang bergegas ke bawah duluan untuk meminta bantuan dan pertolongan.

Melihat letusan gunung Marapi yang lumayan hebat hingga terdengar sampai ke bawah dan gunung Singgalang, para pendaki di gunung Singgalang yang ada saat itu merespon kejadian tersebut dengan segera mulai turun. Sebagian mereka banting stir menuju Marapi. Mereka ini kebanyakan anggota Sekber di Sumbar. Tanpa komando mereka mulai membantu evakuasi para korban.

Setelah para pendaki Marapi berhasil turun semua. Mereka dikumpulkan di Polsek Koto Baru guna pertolongan medis serta wawancara. Disimpulkan hanya 1 korban yang tertinggal yakni Abel.

Hari kedua, Senin (6/7/1992), Tim SAR beserta relawan berhasil mengevakuasi korban. Mereka berpacu dengan waktu untuk bisa meraih jasad Abel. Juga di tengah kegamangan dan was-was, kalau-kalau Marapi erupsi lagi. (bersambung)


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved