arrow_upward

GUSPARDI GAUS : Pancasila Harus Menjadi Pandangan Hidup Rakyat Indonesia

Senin, 29 Agustus 2022 : 18.55

 

Anggota DPR Guspardi Gaus, Walikota Pariaman Genius Umar dan tokoh lainnya. (ist).

Padang, Analisakini.id-Anggota Komisi II DPR  Guspardi Gaus menegaskan Pancasila sebagai ideologi bangsa lahir dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Maka implementasi dan membumikan Pancasila sudah menjadi tugas seluruh elemen masyarakat.

"Pancasila bukan hanya sekadar ideologi bagi rakyat Indonesia, tapi juga budaya, falsafah hidup dan dasar negara yang tertanam dalam jiwa rakyat Indonesia dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila merupakan kumpulan nilai dan norma yang menjadi landasan keyakinan dan cara berfikir serta juga sebagai pandangan hidup rakyat  Indonesia," ujar Guspardi di hadapan 200 peserta sosialisasi Pancasila dengan tema "Gotong Royong Membumikan Pancasila" hasil kolaborasi antara BPIP dengan Komisi II DPR di kantor Walikota Pariaman, belum lama ini.

Legislator asal Sumatera Barat itu, menambahkan bicara Pancasila jangan hanya retorika. Namun harus diterapkan dalam keseharian. Bagi masyarakat Minang nilai-nilai Pancasila tidak perlu diragukan dan tidak perlu  diperdebatkan. Para tokoh bangsa yang berasal dari Minangkabau mulai dari M.Hatta, Syahrir, M.Yamin dan Agus Salim dan tokoh lainnya adalah sederet tokoh bangsa yang merupakan bahagian penting dari Pancasila. 

Penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam ke lima sila Pancasila juga sudah diamalkan oleh masyarakat Minang dalam kehidupan sehari-hari sejak dulu kala. 

Sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, bagi orang Minang adalah merupakan karakter atau jati diri bahkan menjadi filosofi dalam hidup dan kehidupannya yang terpatri dalam "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah" ( Adat Bersendikan Syara' Syara' Bersendikan Kitabullah). 

Sila kedua bagi orang Minang hidup dengan semangat keadilan sebagaimana dalam pepatahnya "Barek samo di pikua ringan samo di jinjiang" (berat sama dipikul  ringan sama dijinjing/ ditenteng). 

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Di Sumbar, suasana sangat damai dan tentram. Pendatang diterima dengan baik. Tak pernah ada persekusi terhadap pendatang apapun suku, agama atau rasnya. Dan ketika orang Minang merantau, mereka sangat pandai membaur. Karena orang Minang memegang berprinsip "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung"(dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung).

Sementara sila keempat dimana jauh sebelum Indonesia merdeka, sifat ini sudah berurat berakar dalam diri orang Minang dan itu tergambar dalam pepatahnya "Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakaik". Bermusyawarah untuk mencapai mufakat sudah diterapkan dari jaman nenek moyang orang Minang. 

Sila kelima  prinsip keadilan sosial ini sudah turun temurun dipraktikkan orang Minang sebagai ternaktub dalam pepatah petitihnya yaitu "Mandapek sama balabo, kahilangan samo marugi, (memperoleh sama beruntung kehilangan sama merugi).

"Oleh karena itu, Pancasila itu merupakan butir dan nilai luhur dari para leluhur kita baik dari Sabang sampai Merauke.  Pengenalan Pancasila harus terus dilakukan terutama kepada kaum milenial agar ideologi bangsa ini terus dikenal dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.  Pancasila sebagai ideologi negara sudah final. Artinya, kita sebagai warga negara tanpa kecuali, telah sepakat menjadikan itu sebagai falsafah atau tuntunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka implementasi dan membumikan Pancasila sudah menjadi tugas seluruh elemen masyarakat, "tegas politisi PAN itu.

Untuk itu,  ia berharap kepada masyarakat agar secara terus menerus mengimplementasikan nilai nilai Pancasila yang salah satu nilainya adalah rasa gotong royong yang sudah dianut oleh leluhur bangsa ini sejak dulunya ujar pak Gaus ketika mengakhiri ceramahnya. (***)

Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved