Gusrizal Dt. Salubuak Basa, pengajar Bahasa Indonesia di Australia dan penulis buku eBook BIPA, saat beraudiensi dengan Gubernur Mahyeldi, di Istana Kompleks Gubernuran, Rabu (9/2). (ist) |
Padang, Analisakini.id-Setelah mengalami masa kejayaannya pada era 90an. Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) khususnya di Australia saat ini kondisinya memprihatinkan. Minat untuk mempelajari bahasa semakin menurun dan butuh perhatian.
Keprihatinan tersebut diungkapkan oleh Gusrizal Dt. Salubuak Basa, pengajar Bahasa Indonesia di Australia dan penulis buku eBook BIPA, saat beraudiensi dengan Gubernur Mahyeldi, di Istana Kompleks Gubernuran, Rabu (9/2/2022).
Menurut Gusrizal, berkurangnya peminat Bahasa Indonesia dimulai sejak masa reformasi dan semakin terasa hingga saat ini. Bahasa Indonesia dikalahkan oleh bahasa asing lainnya seperti bahasa Cina yang tinggi peminatnya.
Dalam upaya menyelamatkan pengajaran BIPA di Australia, dalam dua dekade terakhir, Gusrizal menyelenggarakan “Language Maintenance and Immersion Program” pada tahun 2018 dalam rangka upaya menjalin hubungan People to People Contact antara kedua negara Indonesia-Australia yang diadakan di dua kota di Sumatra Barat yaitu Bukittinggi dan Padang Panjang, bekerjasama dengan Balai Bahasa dan Budaya Indonesia Victoria Tasmania.
"Program ini tergolong istimewa karena ini untuk pertama kalinya guru bahasa Australia mengadakan program yang sama di Sumatera Barat, di luar Jawa dan Bali. Disamping itu saya juga membuat buku ajar BIPA seri digital (eBook) sambil mempromosikan Sumbar melalui bahan ajar yang ada dalam buku tersebut," kata Gusrizal.
Gubernur Mahyeldi merespon positif keinginan tersebut dan juga berkenan memberikan kata pengantar untuk penerbitan seri eBook. Ini sebagai bentuk dukungan untuk menyelamatkan pengajaran BIPA di luar negeri terutama di Australia.
"Kita setuju sekali dengan berbagai upaya penguatan kembali pengajaran bahasa Indonesia. Termasuk juga membenahi Indonesia Corner yang ada di Australia sekaligus sebagai sarana promosi Sumatera Barat. Kita prioritaskan ini," ujar Buya Mahyeldi.
Selain itu, upaya untuk menyelamatkan Bahasa Indonesia juga datang dari berbagai pihak. Saat ini sudah ada Affiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) yang berpusat di Jakarta serta mempunyai cabang-cabang di hampir sebagian besar provinsi di Indonesia, termasuk di Sumbar yang bernama APPBIPA SUMBAR, bahkan juga sudah mempunyai cabang di luar negeri.
Turut hadir dalam audiensi ini Wakil Sekretaris APPBIPA Sumbar Refa Lina Tiawati dan pegiat BIPA Riva Adli Dzil Ikram, yang juga mahasiswa semester akhir STIS Jakarta. (***)