ilustrasi. |
Jakarta, Analisakini.id-Laporan dari sebuah penelitian di China menemukan adanya virus corona varian baru, 'NeoCoV'. Benarkan varian virus ini mematikan?
Dalam laporan yang diterbitkan para peneliti China dalam jurnal BioRxiv pada awal pekan ini mengungkapkan, varian NeoCoV mengancam tingkat infeksi dengan kematian yang lebih tinggi dibandingkan jenis virus sebelumnya yang menyebabkan terjadinya pandemi di berbagai negara di belahan dunia.
Dalam laporan tersebut, seperti dikutip dari cnbcindonesia.com, disebutkan bahwa NeoCoV sebenarnya bukan varian baru dari virus corona yang telah menyebabkan pandemi global. Sebaliknya, virus tersebut berasal dari jenis virus corona yang berbeda, yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (Mers-CoV).
Mers-CoV yang asal-usulnya tidak sepenuhnya dipahami, adalah virus yang ditularkan ke manusia dari unta dromedari (Arab) yang terinfeksi.
Virus ini bersifat zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia dan dapat ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.
"Mers-CoV telah diidentifikasi pada dromedari (Unta Arab) di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia, dikutip dari Media Internasional berbasis di Inggris, Independent, Minggu (30/1/2022).
"Secara total, 27 negara telah melaporkan kasus sejak 2012, menyebabkan 858 kematian yang diketahui karena infeksi dan komplikasi terkait."
WHO mengatakan 35% pasien yang terinfeksi Mers-Covid telah meninggal, meskipun kemungkinan juga karena kasus-kasus bawaan yang mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.
Nah, NeoCoV adalah kerabat Mers-CoV dan beredar di kelelawar. Dalam penelitian yang diterbitkan minggu ini, para ilmuwan yang berbasis di Wuhan memperingatkan bahwa NeoCoV dapat menyebabkan masalah jika ditransfer dari kelelawar ke manusia.
Virus corona khusus ini tampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang dilatih untuk menargetkan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, atau Mers-Cov.
Studi ini menunjukkan ada potensi ancaman NeoCoV menginfeksi manusia, tetapi tidak ada bukti sejauh ini, ada atau tidak ada indikasi seberapa menular atau fatalnya.
Tes laboratorium juga menunjukkan bahwa kemampuan NeoCoV untuk menginfeksi sel manusia buruk.
Seorang ahli virus di Universitas Warwick, Profesor Lawrence Young mengungkapkan, saat ini perlu dilihat lebih banyak data yang mengkonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait.
"(Studi) pra-cetak menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien. Apa yang disoroti ini, bagaimanapun, adalah perlunya waspada tentang penyebaran infeksi virus corona dari hewan (terutama kelelawar) ke manusia," jelas Young.
"Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan," kata Young lagi. (***)