“Program Agam Menyemai juga cocok diimplementasikan di Sumbar karena daerah ini memiliki tanah yang subur,” katanya ketika berdiskusi dengan masyarakat Kabupaten Solok, Rabu (14/11/2020).
Indra Catri menjelaskan ia merancang Program Agam Menyemai untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengelola hasil ladang yang akan dijual dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dengan menggunakan slogan “Nan di laman untuak dimakan, nan di parak baok ka pakan”, program ini berusaha menggenjot produksi sawah, ladang, dan kebun masyarakat tanpa melupakan untuk memanfaatkan halaman atau pekarangan rumah.
“Jadi, kebutuhan sehari-hari, seperti kunyit, jahe, bawang, cabai, tidak lagi dibeli,” ujarnya.
Jika ketahanan pangan baik, kata Indra Catri, hidup masyarakat menjadi lebih sejahtera. Strategi ini merupakan salah satu langkah agar ketahanan pangan di provinsi ini terwujud.
“Ini juga sejalan dengan visi misi Nasrul Abit-Indra Catri yang memprioritaskan sektor pertanian,” tuturnya.
Dalam program Nasrul Abit-Indra Catri terdapat program menghidupkan kembali lahan tidur. Hal itu dilakukan untuk mencapai swasembada pangan di Sumbar. Untuk mencapai swasembada pangan, produksi padi per tahun setidaknya 3 juta ton, sedangkan kebutuhan Sumbar sekitar 1,2 ton.
“Meningkatkan luas lahan produktif dengan mengoptimalisasikan lahan tidur dan telantar, rehabilitasi dan juga menjadi ketersediaan pupuk subsidi sampai ke tangan petani,” ucap Indra Catri. (***)