arrow_upward

Tidak Asal Manganjungkan Orang Kampung

Selasa, 06 Oktober 2020 : 08.25

 


Oleh Miko Kamal

Calon Gubernur Sumbar nomor 4 Mahyeldi diundang ke Pariaman, Senin 5 Oktober 2020. Yang mengundang para ulama. Baik yang di kabupaten maupun kota Pariaman. 

Kewajiban seorang muslim, salah satunya, adalah menghadiri setiap undangan. Undangan yang wajib dihadiri tentu undangan yang baik. Undangan yang dihadiri Mahyeldi adalah undangan untuk menghadiri Forum Silaturahmi Ulama Syattariyah Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Tempatnya di sebuah rumah makan di Kurai Taji. Pasti ini undangan yang baik. Yang mengundang ulama kok. 

Banyak ulama yang hadir di acara itu. Ada Ungku Kali Ulakan, Ungku Sidi Azwar, Suhaili Tuanko Mudo, Zaidir Dt Bungsu, H. Nur Tuanku Marajo dan banyak lagi ulama-ulama yang lain. Panjang sekali tulisan ini kalau semua nama yang hadir saya sebutkan. 

Saya ikut hadir di acara silaturahmi itu. Tidak ada kampanye, meskipun ini masa kampanye. Buya Mahyeldi diberikan kesempatan memberikan sambutan. Tidak sepatahpun keluar kata ajakan dari mulut Buya. Beliau bicara normatif saja. Tentang kehebatan ulama Sumbar seperti Buya M Natsir. Tentang prinsip-prinsip Islam dalam Pancasila dan sebagainya. 

Di tengah sambutannya, Buya ditanya apa program beliau jika terpilih sebagai Gubernur. Jawab Buya; 'Maaf, pertanyaan ini tidak bisa dijawab di sini. Nanti kita cari waktu yang lain. Semua sudah ada aturannya dan kita harus taat aturan'. Buya tetap konsisten. Tidak mau mencampuadukkan acara silaturahmi dengan agenda politik. 

Meskipun kegiatan siang itu bukan agenda kampanye politik Buya, saya menangkap pesan khusus dari wajah-wajah ulama yang hadir. 

Hati saya berdetak. Para ulama kampung saya yang hadir hari itu sudah menentukan pilihan pada Pilkada Gubernur 2020 ini. Piihan mereka jatuhkan kepada Mahyeldi. Bukan kepada yang lain. Insyaallah juga akan diikuti oleh santri dan masyarakat mereka. 

Selesai acara, saya sempat mewawancarai seorang peserta silaturahmi. Namanya Kambardi Tuanku Sidi. Usianya sekitaran 40 tahunan. Lebih muda dari saya. 

Saya bertanya tentang kecenderungan pilihannya di Pilgub nanti. Dia bilang memilih Mahyeldi. Alasannya sederhana: 'Buya Mahyeldi adalah orang surau yang sudah banyak, berpengalaman, berbuat, kompeten dan merakyat'. Dia hapal luar kepala masa jabatan Buya di eksekutif yang sudah 12 tahun (5 tahun sebagai wakil walikota, 5 tahun sebagai walikota periode pertama dan ditambah sekitar 2 tahun di periode ke 2). Hebat dia.

Kepada Tuanku Sidi juga sempat saya tanyakan tentang mengapa pilihanya jatuh kepada Mahyeldi. Bukan kepada 2 putra asli Piaman yang juga ikut bertarung. Tidakkah dia setuju dengan mamangan 'Tagak bakampuang mamaga kampuang. Tagak banagari mamaga nagari'? 

Jawab beliau singkat dan padat, 'Pilihan di Pilkada itu lain Pak. Kita harus memilih pemimpin yang mampu memimpin Sumbar ke depan. Tidak asal pilih. Tidak hanya sekadar menganjungkan orang kampung kita'. 

Jawaban Tuanku Sidi confirmed dengan pernyataan saya beberapa waktu lalu bahwa orang Piaman itu sangat rasional dan tidak chauvinist dalam memilih pemimpin. Bagi mereka, orang kampung kita atau tidak, yang penting kompeten. (***)


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved