arrow_upward

Catatan Sejarah 8 Oktober: Kelahiran Agus Salim, Bapak Bangsa yang ‘Bokek’

Kamis, 08 Oktober 2020 : 14.56


Agus Salim

Padang, AnalisaKini.id-Kemampuan politik Agus Salim tak diragukan lagi. Dalam periode 1946 sampai 1950, Agus Salim sangat bersinar di kancah perpolitikan Indonesia, sehingga digelari ‘Orang Tua Besar’ (The Grand Old Man).

Agus Salim lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, pada 8 Oktober 1884. Agus Salim berperan besar sebagai pembuka diplomasi Indonesia yang baru merdeka dengan negara-negara Arab pada 1947. Dia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia sampai 1949.

Agus Salim sangat cerdas. Terbukti, dia menguasai tujuh bahasa diluar bahasa Indonesia, yaitu Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang.

Namun, dengan semua kecemerlangan karirnya, Agus Salim merupakan bapak bangsa paling sederhana. Bahkan, Faisal Basri di Kumparan menyebutkan Agus Salim adalah tokoh bangsa paling bokek.

Agus Salim sampai akhir hayatnya tidak mempunyai rumah sendiri. Dia mengontrak rumah sebagai tempat tinggal.

Kontrakan Agus Salim tidak rumah mewah, melainkan rumah biasa di berbagai kawasan kumuh di Jakarta. Salah satu kontrakan Agus Salim yang terkenal adalah di Gang Listrik.

Di rumah ini, Agus Salim pernah hidup tanpa listrik, karena dia tak sanggup membayar tagihannya.

Diejek Kambing oleh Musso

Saat itu masih zaman pergerakan. Agus Salim bergabung dengan Serikat Islam (SI). SI sendiri waktu itu terpecah menjadi SI Merah dibawah pimpinan Musso, dan SI Putih, yang salah satunya adalah Agus Salim.

Saat berpidato, Musso mengejek Agus Salim dengan ejekan kambing.

“Saudara-saudara, yang berjanggut itu seperti apa?” kata Musso, yang dijawab hadirin pendukungnya dengan jawaban “kambing”.

“Saudara-saudara, yang berkumis itu apa?” tanyanya lagi, dan dijawab lagi dengan kambing.

Agus Salim tahu dirinya sedang diejek Musso dan kawan-kawannya. Namun, dia diam saja.

Kemudian, giliran Agus Salim yang berpidato. Saat tengah berpidato, Musso dan kawan-kawan kembali mengejek Agus Salim dengan menirukan bunyi-bunyian kambing.

Bukannya marah, Agus Salim malah meminta hadirin tenang.

“Tenang, senang sekali kambing-kambing ikut mendengarkan pidato saya hari ini. Namun, bisakah kambing-kambing keluar sebentar, karena saya yakin mereka tak memahami bahasa manusia. Nanti saya akan berpidato untuk mereka, tentunya khusus dalam bahasa kambing,” ujar Agus Salim dengan kalemnya.

Musso dan kawan-kawannya hanya bisa terdiam dengan muka merah.

Tanggal 4 November 1954, Agus Salim menghembuskan napas terakhir di RSU Jakarta. Jenazahnya kemudian dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. (bertuahpos.com)





Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved