arrow_upward

Besok Diumumkan, Ini Skema Merger Bank Syariah BUMN

Senin, 19 Oktober 2020 : 21.45

 


Jakarta, AnalisaKini.id- Skema penggabungan tiga bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih belum resmi terungkap ke publik. Menurut rencana, skema ini akan disampaikan ke publik oleh Project Management Office (PMO) yang memproses penggabungan ini besok, Selasa (20/10/2020).

Pekan lalu tiga bank yang akan digabung, yakni PT BRISyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri dan PT BNI Syariah telah menandatangani persetujuan merger (Conditional Merger Agreement/CMA).

Ketua PMO sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi mengatakan secara resmi pengumuman skema merger ini akan disampaikan pada 20 Oktober 2020.

"Skema merger sabar ya 20-an Oktober kami sampaikan merger plan, kalau sekarang ini masih CMA jadi hal-hal yang sifatnya advance ditanyakan kami belum bisa diungkapkan. Tunggu 20-21 Oktober 2020 kita ke step merger plan," kata Hery dalam konferensi pers virtual, di Jakarta pekan lalu, Selasa (13/10/2020) seperti dikutip dari cnbcindonesia.com.

Terkait dengan skema yang akan disampaikan ini, diperkirakan akan beberapa tahap yang dilalui sebelum akhirnya bank ini akan menjadi satu entitas baru, sebagai bank syariah hasil merger.

Setidaknya akan ada tiga tahapan yang akan dilalui oleh bank-bank ini dalam aksi korporasinya.

"Ada stage 1, stage 2, stage 3-nya," kata sumber itu.

Terkait dengan kepemilikan saham, Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai secara skema memang belum jelas. Tapi dia menilai awalnya saham BRIS pada skema merger ini akan dipegang oleh BMRI, BBRI, BBNI, selain juga publik.

"Belum tahu ke depannya apakah akan ada entity lain sebagai pemegang saham. Karena ini akan menjadi bank besar. Seharusnya berdiri sendiri," katanya.

"Targetnya mereka akan memiliki aset Rp 390 triliun di 2025. Pemerintah berencana ingin mendorong bank ini jadi bank BUKU 4. Aset BRIS kira-kira sebanding dengan BNIS sekitar Rp 52 triliun masing-masing. Sedangkan Mandiri Syariah kira-kira 2 kali lipatnya. Jadi total aset gabungan sekitar Rp 214 triliun dengan modal sekitar Rp 21 triliun," jelasnya.

Dia menilai isu dilusi saham publik tidak menjadi persoalan signifikan, lantaran bank ini akan menjadi bank besar. "Isunya bukan itu [dilusi]. Terdilusi pun nilai banknya sudah jauh lebih besar," tegasnya.

Lembaga pemeringkat internasional, S&P Global Ratings juga ikut memberikan pendapatnya terkait dengan penggabungan bank yang diperkirakan akan langsung masuk dalam top 10 jajaran bank dalam negeri.

Meskipun detail merger masih dalam tahap perumusan, S&P memperkirakan Bank Mandiri kemungkinan memiliki saham yang lebih besar di entitas hasil merger, mengingat BSM akan memberikan kontribusi lebih dari 50% dari aset entitas hasil merger.

"Karenanya kami berharap merger ini berdampak positif bagi profil bisnis Mandiri. Efek pada dua bank lainnya akan netral secara luas mengingat kontribusi aset syariah yang relatif kecil dan kepemilikan mereka yang lebih kecil di entitas yang digabung," tulis riset S&P yang dirilis akhir pekan lalu.

Lembaga rating yang juga anak perusahaan dari McGraw-Hill ini memandang, entitas yang digabungkan nanti, akan menjadi bank pemberi pinjaman terbesar ketujuh di Indonesia dengan aset secara rupiah Rp 215 triliun atau setara US$ 14,5 miliar. Jumlah aset tersebut, mewakili pangsa pasar perbankan domestik sekitar 2,5%.

"Bank hasil merger akan mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi dan kemampuan yang lebih baik untuk mengumpulkan dana dengan harga yang kompetitif," tulis S&P.

Per 31 Juli 2020, S&P mencatat, bank dan unit usaha syariah (UUS) memegang 6% pangsa pasar yang relatif kecil dari aset sektor perbankan Indonesia, meskipun pertumbuhan bank syariah lebih cepat daripada bank konvensional.

Per 30 Juni 2020, BSM merupakan pemberi pembiayaan syariah terbesar dengan aset Rp 114 triliun, memberikan kontribusi sekitar 8% dari aset konsolidasi Mandiri.

BNIS dan BRIS memiliki basis aset masing-masing sekitar Rp 50 triliun, masing-masing memberikan kontribusi sekitar 6% dan 4% dari aset konsolidasi bank induk mereka.

"Potensi merger akan memperkuat posisi pasar dominan Mandiri dan membantu mendiversifikasi profil pendapatan dan basis pelanggannya," tulis S&P. (***)


Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved