arrow_upward

Pilkada Bukittinggi, Malu tapi Mau

Selasa, 16 Juni 2020 : 23.23
Muhammad Nur Idris.
Oleh
Muhammad Nur Idris Sati Bagindo

Genderang tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang sempat jeda selama hampir tiga bulan akibat pandemi Covid-19, pada 15 Juni 2020 ini mulai ditabuh oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jadwal pemungutan suara yang awalnya akan digelar 23 September 2020, namun akibat pandemi Covid-19 digeser hingga 9 Desember 2020.

Kota Bukittinggi yang menjadi barometer perpolitikan Sumatera Barat, merupakan salah satu kota yang akan ikut serta dalam Pilkada serentak tahun ini. Penulis sebut sebagai barometer perpolitikan di Sumbar bukan sekadar isapan jempol, tapi memang sejarah telah membuktikan.

Ibarat kata orang lama “jatuh sajo jarum jam gadang, sadunia urang tahu”. Kota yang berhawa sejuk dengan jumlah penduduk sekitar 130.773 jiwa yang berada di 3 kecamatan dan 24 kelurahan, dengan jumlah RT 338  dan RW 106. Jumlah penduduk tersebar di tiga kecamatan yakni; Guguk Panjang 50.655 jiwa, Mandiangin Koto Selayan 49.226 jiwa dan Aur Birugo Tigo Baleh 30.892 jiwa. Jumlah pemilihnya 81.447 dan TPS berjumlah 233.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, mencuat sejumlah nama selain incumbent Ramlan Nurmatias. Tokoh dan petinggi partai tingkat Kota Bukittinggi yang berhasil duduk di kursi DPRD Bukittinggi digadang-gadang akan maju seperti; Herman Syofyan dan Beni Yusrial (Gerindra), Rusdi Nurman (Ketua Demokrat), Syaiful Efendi (PKS).

Namun karena PKPU Nomor 15 Tahun 2017 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota belum berubah yang mengharuskan anggota dewan mundur jika ikut Pilkada. Maka nama-nama yang digadangkan tadi mundur diam-diam dengan alasan akan fokus dulu di lembaga legislatif.

Begitu juga nama-nama tokoh dan petinggi partai yang tidak duduk di legislatif, serta tokoh masyarakat yang ketika KPU sudah umumkan tahapan pilkada sebelum pandemi Covid-19, munculah nama-nama dan mulai menyosialisasikan diri secara terbuka sebagai bakal calon seperti; Erman Safar (Pengusaha), David Chalik (Artis/Presenter), Sandri MK (Ketua Kadin), Martias Tanjung (Politisi), Muhammad Fadli (Pengusaha), Taufik Dt.Batuah (Karyawan BUMN), Yon Afrizal (Pensiunan Guru), Syahrizal Dt. Palang Gagah (Pensiunan ASN) dan Fauzan Havis (mantan Anggota DPRD Bukittinggi).

Dari sederet nama yang ada, sebagian sudah memberanikan diri mendaftar di KPU lewat jalur perseorangan yakni; Incumbent Ramlan Nurmatias berpasangan dengan Syahrizal Dt. Palang Gagah, Muhammad Fadli berpasangan dengan Yon Afrizal, dan Martias Tanjung berpasangan dengan Taufik Dt. Laweh.

Ketiganya sedang dilakukan proses verifikasi faktual oleh KPU berdasarkan surat dukungan. Apakah ketiga pasangan balon ini lolos? kita tunggu pengumuman KPU Bukittinggi. Siapa yang lolos dan yang tidak sesuai PKPU Nomor 1 Tahun 2020, masih punya kesempatan mendaftar melalui partai politik.

Bagaimana nasib bakal calon yang lain? Sampai new normal Covid-19, bakal calon yang lain dan partai politik masih dingin-dingin saja mengikuti cuaca yang diselimuti kabut dingin di Kota Bukittinggi. Suhu politik masih dibawah 36°C, masih menunggu-nunggu dan melihat kesempatan.

Gerindra dan PKS yang mempunyai 5 kursi di DPRD Bukittinggi yang sesuai aturan sudah bisa mencalonkan sendiri, belum bisa memunculkan bakal calon yang akan didudukung. Safari koalisi partai politik yang digagas petinggi NasDem bersama partai lain kini tidak terdengar lagi di permukaan.

Menjelang new normal kemaren, muncul nama baru yang mengapung yakni Yontrimansyah anggota DPRD Bukittinggi, kader Demokrat berpasangan dengan Chairunnas (Ketua PMI). Kalau pasangan ini akan maju, maka tentu mereka akan memilih jalur partai politik karena pendaftaran jalur perseorangan sudah ditutup KPU.

Peta politik yang menarik di Bukittinggi saat ini, munculnya pendatang baru seorang tokoh perempuan yang bernama Hj. Yemmelia, photo baliho dan spanduknya sudah mulai muncul di Kota Bukittinggi. Konon, sudah mempunyai tim yang tanggung dan siap mengalahkan petahana.

Penulis belum mengenal betul sosok Hj. Yemmelia. Tapi dilihat dari blog media sosial, sosok pendatang baru ini seorang pensiunan ASN di Provinsi Banten, namun kampung asalnya Nagari Kamang Agam. Hj. Yemmelia bukan bukanlah pendatang baru dalam dunia politik, ia pernah menjadi balon Gubernur Sumbar dan calon Wakil Gubernur Banten  dan terakhir Caleg DPR dari Partai PKS Dapil Banten.

Tak elok dan tak adil pula rasanya penulis banyak mengulas sosok bundo ini, karena ada calon lain yang harus juga diperkenalkan ke publik seperti H. Erman Safar dan H. David Chalik, walau sesungguhnya banyak orang di Bukittinggi sudah mengenal mereka berdua. Namun pada tulisan lain, penulis akan membuat perkenalan calon, setelah ditetapkan KPU. Ihtiar tujuannya jelas, membantu agar masyarakat Bukittinggi bisa kenal para calon dan ibarat kata “tidak membeli kuciang dalam karung”.

Kembali kepada peta politik Pilkada Bukittinggi era new normal, penulis berkeyakinan partai politik yang punya kursi di DPRD Bukittinggi tetap akan mengusung pasangan calon. Apakah akan maju sendiri seperti yang dimiliki Gerindra atau PKS masing-masing punya (5 kursi), atau bisa saja koalisi partai partai dimana Demokrat punya (4 kursi), PAN (3 kursi), Golkar (3 kursi), PPP dan NasDem sama-sama punya (2 kursi) dan PKB (1 kursi).

Aneh bin ajaib pula rasanya, kalau partai politik di Bukittinggi bisa mengajukan pasangan calon, tapi kalah “pede” dengan pasangan jalur perseorangan. Kesannya terlihat, partai politik masih menunggu dan melihat-melihat, “malu tapi mau”. (***)
Bagikan

Terbaru

Copyright © Analisakini.id | Jernih Melihat - All Rights Reserved