PADANG, ANALISAKINI.ID--Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Nanda Satria,
menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi tentang bahaya penyakit
masyarakat (Pekat) untuk menekan angka HIV/AIDS di berbagai daerah. Termasuk di
ibukota provinsi, Kota Padang, tentunya.
Nanda, yang berasal dari daerah pemilihan
(Dapil) Kota Padang ini, menyebutkan, media publikasi pemerintah, seperti
baliho atau videotron, seharusnya digunakan untuk mengampanyekan bahaya
HIV/AIDS dengan mencantumkan faktor pemicu, seperti LGBT dan penyalahgunaan
narkotika.
“Ya, ke depan, baliho atau videotron
milik pemerintah daerah harus memuat konten edukasi tentang bahaya penyakit masyarakat.
Jangan hanya menampilkan foto kepala daerah saja,” ujar Nanda.
Menurutnya, partisipasi masyarakat
sangat penting untuk mendukung pemberantasan pekat. “Ketika masyarakat saling
menjaga, pemberantasan pekat yang memicu penyebaran HIV/AIDS akan menjadi lebih
mudah. Pemerintah tidak bisa menyelesaikan persoalan ini sendirian saja,”
katanya.
Dia juga menyebutkan bahwa DPRD Sumbar
sedang mengkaji kemungkinan pembentukan Peraturan Daerah (Perda) terkait LGBT.
Ini, mengacu pada daerah lain di Sumbar yang telah memiliki Perda serupa.
“Pemerintah daerah harus merancang strategi bersama masyarakat untuk
menyelesaikan persoalan ini secara efektif,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan
Kota Padang, dr. Srikurnia Yati, mengungkapkan bahwa dari total 308 kasus HIV
di Padang, 166 kasus (53,8 persen) berasal dari luar kota, sementara 142 kasus
(46,2 persen) lainnya ber-KTP Padang.
Dia mengatakan, Kecamatan Koto Tangah
mencatat angka kasus tertinggi dengan 40 kasus, diikuti Kecamatan Lubeg dengan
22 kasus. Kecamatan Lubuk Kilangan menjadi wilayah dengan angka kasus terendah,
hanya 4 kasus.
Lebih dari separuh kasus menyerang
individu berusia produktif, yaitu antara 24 hingga 45 tahun. “Perilaku Lelaki
Seks Lelaki (LSL) menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya angka HIV di
Kota Padang,” jelas dr. Srikurnia.
Meskipun jumlah kasus HIV di tahun 2024
sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, dr. Srikurnia menegaskan bahwa
penyebaran virus ini tetap menjadi masalah serius yang membutuhkan perhatian
besar dari berbagai pihak. (n-r-t)